ROCK DI ZAMAN DIGITAL

Dulu Rock begitu humanis di sosok tangan-tangan trampil rocker, berkibar bak bendera kebangsaan, perkasa bagai garuda, tanpa transaksi ekonomi, bentuk kepedulian sesama yang kuat dan ego rockstar yang punya idealis kuat. Sekarang banyak band-band lokal berhamburan dengan fans yang dijadikan mangsa kekaisaran ekonomi. Dengan bangga para musisi ini menawarkan produk dari kontrak produsen penyuplai kepuasan materi, seakan-akan mereka berkata "Ayo beli produk ini kalau kalian memang fans berat kami !" Para groupiespun menjerit seakan bertemu malaikat, sungguh dahsyat !

Mungkin ini bukan cara berbisnis yang santun ataupun terpuji, mereka menikmati gelimang kekondangan dengan hipnotis digital tanpa ruh seni, eksplorasi lagu yang mudah dicerna, wajah yang mempunyai takdir untuk dijadikan gosip, bahkan ketololan dijadikan menu menghipnotis publik, salah siapa ini?


Saat ini kita melalui orde musik seragam, dimana kita lihat tv nasional begitu gencar memainkan kebodohan negeri ini, ketololan sudah menjadi pakem, industri berubah menjadi seni, dan seni tercampakkan menjadi sebungkus nasi, segelas kopi, dan sebatang rokok.


Satu pertanyaan yang harus kita jawab adalah " Setujukah kita ?"


Tidak ada komentar:

Posting Komentar