Mungkin ini bukan cara berbisnis yang santun ataupun terpuji, mereka menikmati gelimang kekondangan dengan hipnotis digital tanpa ruh seni, eksplorasi lagu yang mudah dicerna, wajah yang mempunyai takdir untuk dijadikan gosip, bahkan ketololan dijadikan menu menghipnotis publik, salah siapa ini?
Saat ini kita melalui orde musik seragam, dimana kita lihat tv nasional begitu gencar memainkan kebodohan negeri ini, ketololan sudah menjadi pakem, industri berubah menjadi seni, dan seni tercampakkan menjadi sebungkus nasi, segelas kopi, dan sebatang rokok.
Satu pertanyaan yang harus kita jawab adalah " Setujukah kita ?"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar